MAKALAH FARMASETIKA
“BAHAN OBAT YANG MENGANDUNG
RADIOAKTIF”
DISUSUN OLEH:
Nama : WA ODERISKY
NUR AWALIA
NIM : F201601126
Kelas : G3
S1- FARMASI
STIKES MANDALA
WALUYA KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, perlindungan dan ridho-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan judul “BAHAN OBAT YANG
MENGANDUNG RADIO AKTIF” Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas mata kuliah farmasetik II.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makala ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu saya mohon saran dan kritik yang dapat membangun untuk perbaikan makalah ini .
Pada
kesempatan ini saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen farmasetik II. Selaku Dosen yang memberikan tugas ini, dan juga yang telah membibing saya sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini.
Kendari, 31 Mei 2017
WA ODE RISKY NURAWALIA
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR......................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................... 4
A.
Latar Belakang............................................................................................ 4
B.
Rumusan Masalah....................................................................................... 5
C.
Tujuan
penulisan..................................................................................5
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA......................................................................... 6
A.
Pengertian
Radiofarmasi............................................................................. 6
B.
Macam-Macam
Radioaktif......................................................................... 7
C.
Penempatan
Radiofarmaka Dalam Tubuh.................................................. 7
D.
Rute Pemberian,
Aplikasi Radiofarmaka dan Pengembangannya dalam Bidang Kesehatan 8
BAB II PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................ 15
B.
Saran.......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seiring perkembangan teknologi masa kini dengan adanya
radio aktif membawa perkembangan di dalam berbagai aspek kehidupan.perlu kita
ketahui bawah dengan berkembangnya teknologi membawa perubahan yang sangat
signifikan,tetapi semua itu selain memberikan pengaruh yang positif juga
menimbulkan efek yg negatif.
Radioterapi
atau disebut juga terapi radiasi adalah terapi menggunakan radiasi yang
bersumber dari energy radioaktif. Cukup banyak dari penderita kanker yang
berobat ke rumah sakit menerima terapi radiasi. Kadang radiasi yang diterima
merupakan terapi tunggal, kadang dikombinasikan dengan kemoterapi atau operasi
pembedahan. Tidak jarang pula seorang penderita kanker menerima lebih dari satu
jenis radiasi.
Radiofarmasi
adalah suatu bidang ilmu kefarmasian (penyiapan, pembuatan sediaan,
penyimpanan, pendistribusian,dan dispensing) yang memanfaatkan unsur/atom
radioaktif yang digunakan baik untuk tujuan diagnosis maupun terapi.
Disadari
atau tidak, ilmu dan teknologi nuklir
memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Memasuki
abad ke-21 peranan tersebut akan makin dominan seiring dengan kemajuan baik
dalam ilmu teknologi nuklir itu sendiri maupun pengaruh kemajuan bidang-bidang
lain. Karena banyak persoalan interdisiplin yang hanya bisa dipecahkan dengan
memanfaatkan teknologi nuklir. Salah satu bidang interdisiplin dari hasil
simbiosis antara teknologi dan biologi serta farmasi yang selanjutnya
melahirkan bidang lain adalah Radio
Farmasi atau Farmasi Nuklir dan Kedokteran Nuklir.
Beberapa
penyakit yang lazim diobati dengan terapi teknologi nuklir adalah Thyroid
(kelenjar gondok), kanker prostat, kelainan sel darah merah dan kenaikan jumlah
darah, dan leukemia. Untuk Eropa terapi Kedokteran Nuklir bahkan sudah lazim
dalam pengobatan arthritis (radang sendi).
B Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Radiofarrmasi?
2. Apa saja unsur-unsur radioaktif?
3. Bagaimana cara menempatkan Radiofarmaka dalam organ
tubuh?
4. Bagaiamana aplikasi radiofarmaka dan pengembangannya
dalam bidang kesehatan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat
mengetahui defenisi dari radio farmasi.
2. Dapat
mengetahui apa saja unsur-unsur radio aktif.
3. Dapat
mengetahui cara penempatan radio farmaka dalam tubuh.
4. Dapat
mengetahui apa saja aplikasi radio farmaka dan pengembangannya dibidang
kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Radiofarmasi
Radiofarmaka
adalah senyawa kimia yang mengandung atom radioaktif dalam strukturnya dan
digunakan untuk diagnosis atau terapi. Dengan kata lain, radiofarmaka merupakan
obat radioaktif.
Radiofarmaka
merupakan senyawa radioaktif yang digunakan kedalam tubuh dengan cara
diminumkan, disuntikkan atau dihisap melalui saluran pernafasan, baik untuk
tujuan terapi maupun diagnostic serta mengalami metabolism ke dalam tubuh
manusia.
Dalam
definisi lain dikatakan sediaan radiofarmasi adalah sediaan radio isotop yang didapat
dari target yang telah diradiasi dalam suatu reactor nuklir. Radiofarmasi atau
farmasi nuklir juga di definisikan sebagai penggunaan prinsip dan cara-cara
farmasi dan radiokimia untuk pembuatan obat yang mengandung atom radioaktif.
Radiofarmaka difomulasikan dalam berbagai wujud kimia dan fisika untuk
mengrahkan keradioaktifan ke bagian-bagian tubuh tertentu dari tubuh dengan
harapan bahwa radiasi yang dipancarkan dari radiofarmaka diagnosa dengan mudah
keluar dari tubuh sehingga memungkinkan deteksi dan pengukuran dilakukan diluar
tubuh.
Radiofarmaka
terdiri dari dua komponen yaitu komponen pembawa materi dan komponen
radioaktif. Komponen pembawa materi akan membawa bahan radioaktif ke organ
tubuh tertentu yang dapat ditempati atau dapat menangkap pembawa materi
tersebut, sehingga bahan radioaktif akan berada di organ tersebut dan menjadi
sumber radiasi.
Sediaan
radiofarmaka dibuat dalam berbagai bentuk kimia dan fisika yang diberikan
dengan berbagai rute pemberian untuk memberikan efek radioaktif pada target
bagian tubuh tertentu.
Radiofarmaka
dimanfaatkan dalam berbagai jenis pemeriksaan dalam kedkteran nuklir.
Pemeriksaan tersebut terbagi menjadi 3 kategori:
1.
Pemeriksan
untuk pencitraan dan pemeriksaan untuk tujuan terapetik
2.
Pemeriksaan
fungsi tubuh secara in viv
B.
Macam-macam Radioaktif
1.
Macam-macam Bentuk dan Contoh Radioaktif
Bentuk
|
Contoh
|
Unsur
|
Xenon
133 (133Xe)
Krypton
81m (81mKr)
|
Ion
sederhana
|
131I- (Iodida)
99mTCO4-
(pertechnetate)
|
Molekul
kecil berlabel radioaktif
|
125I-MIBG (ikatan kovalen)
99mTc-DTPA (senyawa kelat)
|
Makromolekul
berlabel radioaktif
|
125I-serum albumin manusia
(protein)
111In-Capromab pendetide
(antibody)
|
Partikel
berlabel radioaktif
|
99mTc-sulfur colloid
99mTc-macroaggregated albumin
|
Sel
berlabel radioaktif
|
51Cr-or 99mTc-eritrosit
51In-or 99mTc-leukosit
|
C.
Penempatan Radiofarmaka dalam Tubuh
Ada
beberapa cara penempatan radiofarmaka ke dalam tubuh. Beberapa penempatan yang
sudah diketahui mekanismenya adalah:
a.
Proses
Fagositosis
Bila pembawa materi adalah mikro koloid
yang dapat ditandai dengan Tc-99m, In-113m, atau Au-198, maka radiofarmaka akan
difagositosit oleh system Retikuloendotelia (RES) tubuh setelah disuntikkan
intravena. Radiofarmaka ini dimanfaatkan untuk membuat skaning hati, limpa,
sumsum tulang dan juga membuat skening kelenjar getah bening regional bila
diberikan secara subkutan.
b.
Transportasi
Aktif
Secara aktif sel-sel organ tubuh
memindahkan radiofarmaka ini dari plasma darah ke dalam organ untuk selanjutnya
ikut metabolism tubuh atau dikeluarkan dari tubuh.
Contoh I-131 Hippuran diekskresi
oleh sel tubulus sehingga dapat dipakai untuk memeriksa fungsi ginjal pada
renogram, Tc-99m IDA dan I-131 Rose Bengal oleh sel polygonal hati ditransfer
dari darah untuk diekskresi ke usus halus lewat saluran empedu.
c.
Penghalang
Kapiler
Apabila pembawa materi adalh
makrokoloid yang disuntikkan IV akan menjadi penghalang kapiler di paru, missal
Tc-99m makrokoloid dimanfaatkan membuat scanning perfusi paru untuk mendeteksi
emboli paru.
d.
Pertukaran
Difus
Pembawa materi yang telah
ditandai radioaktif akan saling bertukar tempat dengan senyawa yang sama dari
organ tubuh. Contoh Polifosfat bertanda Tc-99m akan bertukar tempat dengan
senyawa polifosfat tulang.
e.
Kompartemental
Bila radiofarmaka berada pada organ
tubuh yang diperiksa dalam waktu lama. Misal pada scanning jantung dengan
Tc-99m Sn eritrosit.
f.
Pengasingan
Sel
Sel darah merah yang ditandai
oleh Cr-51 dan dipanaskan 50 derajat Celcius selama 1 menit bila dimasukkan
kembali ke tubuh pasien secara IV akan segera diasingkan ke limpa dan meraup
radiofarmaka untuk scanning limpa
D.
Rute
Pemberian, Aplikasi Radiofarmaka dan Pengembangannya dalam Bidang Kesehatan
Radio
farmaka adalah senyawa kimia yang mengandung atom radio aktif dalam strukturnya
dandigunakan untuk diagnosis atau terapi, dengan kata lain,radio farmaka
merupakanobat radio aktif.
Sedian radio farmaka dibuat
dengan berbagai bentuk kimia dan fisik yang diberikan dengan berbagai rute
untuk memberikanefek radioaktif pada target bagian tubuh.
Bentuk
sediaan dan rute pemberian Radiofarmaka adalah sebagai berikut:
Rute Pemberian
|
Bentuk
Sediaan
|
Oral
|
Kapsul
dan Larutan
|
Injeksi
Intravena
|
Larutan, Dispersi Koloid, dan Suspensi
|
Injeksi
Intratekal
|
Larutan
|
Inhalasi
|
Gas
dan Aerosol
|
Instilasi
|
Larutan
Steril
|
Tetes
Mata
|
|
Kateter
Uretra
|
|
Kateter
Intraperitoneal
|
|
Shunt
|
Sebagai
sediaan farmasi yang berbahaya, radiofarmaka perlu penanganan khusus dalam
proses pengadaan, penyiapan, penyimpanan, dan pendistribusian, terutama untuk
pemberian ke pasien dalam lingkungan fasilitas kedokteran nuklir.
Teknik
penanganan farmasi nuklir dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1.
Teknik
Protektif
Teknik
protektif mencegah atau meminimalisasi kontaminasi radioaktif dan paparan
radiasi yang tidak perlu.
2.
Teknik
Aseptik
Teknik
aseptic mencegah atau meminimalisasi kemungkinan kontaminasi mikroba pada
larutan steril dan peralatan.
Radiofarmaka
memegang peranan penting dalam perkembangan pengobatan masa kini dan mendatang.
Radiofarmaka telah dikembangkan untuk diagnostic dan terapi, terutama dalam
penanganan penyakit kanker.
Dalam
bidang kesehatan, radioisotope digunakan untuk terapi radiasi, seperti terapi
kelainan tiroid dan terapi polisitemia vera dan leukemia. Selain itu,
radioisotop juga dapat digunakan untuk diagnosis seperti diagnosis fungsi dan
anatomi organ tubuh, serta studi sirkulasi dan kehilangan darah. Radiofarmaka
diagnostic dikembangkan untuk pencitraan berbagai macam organ dengan
menggunakan peralatan kedokteran nuklir seperti SPECT dan PET dengan akurasi
yang tinggi. Pengembangan radiofarmaka terapi menggunakan antibody monoclonal
dan peptide telah terbukti memberikan hasil. Selain digunakan untuk keperluan
diagnosis dan terapi penyakit, radiofarmaka juga digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit (paliatif) yang disebabkan oleh metastasis kanker ke tulang.
Pemanfaatan
radionuklida dilakukan untuk tujuan diagnosis atau terapi beberapa gangguan
penyakit pada otak, kelenjar tiroid, jantung, paru-paru, hati, limpa, ginjal,
tulang, dan system pencernaan.
a.
Otak
Radiofarmaka untuk pemeriksaan
organ pada system saraf pusat (SSP) dibagi menjadi lima kelompok utama yaitu:
1.
Nondiffusible
tracers
Merupakan senyawa yang pertama
kali digunakan untuk pencitraan otak. Kelompok ini secara umum mempunyai karakteristik
sebagai senyawa hidrofilik terionisasi dengan mekanisme lokalisasi pada lesi
otak yang tidak spesifik. Umumnya senyawa dalam kelompok ini tidak dapat
memasuki otak melalui sawar darah otak (Blood Brain Barrier) utuh. Namun pada
kondisi dimana sawar darah otak terganggu oleh kondisi patologi, senyawa ini
meninggalkan ruang vaskuler dan terkonsentrasi pada lesi. Senyawa yang termasuk
dalam kelompok ini adalah 99m Tc natrium peknetat, 99m Tc pentetat, 99m tc
gluseptat, dan 82 Rb-rubidium klorida.
2.
Diffusible
tracers
Kelompok ini mempunyai kapasitas
untuk memasuki otak normal melalui sawar darah otak utuh. Hal ini mungkin
karena senyawa ini merupakan kompleks lipofilik netral yang berdifusi secara
pasif melalui sel endothelial kapiler otak. Senyawa yang termasuk dalam
kelompok ini adalah 99m Tc Eksametasin dan 99 m Tc-bisitat.
3.
Penanda
metabolism
Merupakan agen yang terlokalisasi
pada area otak yang berhubungan dengan Merupakan agen yang terlokalisasi pada
area otak yang berhubungan dengan aktivitas metabolic dan hipermetabolik.
Penanda metabolik yang utama digunakan dalam pencitraan PET adalah 18
F-fluodeoksiglukosa.
4.
Radiofarmaka
untuk pemeriksaan larutan serebrospinal
Radiofarmaka yang digunakan untuk
pemeriksaan ruang larutan serebrospinal ini meliputi senyawa yang tetap ada
pada ruang larutan serebrospinal setelah injeksi lumbar diberikan. Senyawa ini
digunakan untuk mengevaluasi distribusi dan pergerakan larutan serebrospinal
pada berbagai tahapan penyakit. Sebagai contoh hidrosefalus secara rutin
diperiksa dengan menggunakan 111 In-pentetat.
5.
Radiofarmaka
untuk pencitraan reseptor otak
Radiofarmaka untuk pencitraan
reseptor otak terutama digunakan untuk penelitian. Komponen reseptor avid yang
diberi label 99m Tc dan radionuklida lainnya sedang dikembangkan.
b.
Tiroid
Radionuklida pada kelenjar tiroid
digunakan untuk menilai fungsi kelenjar tiroid dengan pemeriksaan radioactive
iodine uptake, dalam pengobatan hipertiroidisme dan kanker tiroid, dan
pencitraan untuk mendeteksi penyakit dalam kelenjar tiroid dan deteksi adanya
metastasis tiroid dengan memindai seluruh tubuh.
Pengobatan radioiodine merupakan
pilihan penting dalam pengobatan hipertiroidisme akibat penyakit Graves,
adenoma toksik tiroid, dan penyakit Plummer. Pengobatan hipertiroidisme dapat dilakukan
dengan obat anti tiroid, bedah atau terapi menggunakan 131I Natrium iodide.
c.
Jantung
Pemeriksaan kedokteran nuklir
klinis, sekarang ini pada umumnya menggunakan metode Single Photon Emission
Computed (SPECT) dan metode Positron Emission Tomography (PET). Radiofarmaka
yang digunakan untuk memeriksa penyakit jantung terdiri dari 4 kelompok utama
yaitu:
1.
Bahan
perfusi untuk memeriksa aliran darah arteri koroner dan iskemik
2.
Bahan
pengumpul darah untuk memeriksa fungsi jantung
3.
Bahan
untuk memeriksa infark miokard
4.
Bahan
metabolism untuk menilai viabilitas miokard
Bahan
utama yang digunakan dalam pencitraan SPECT adalah sel darah merah berlabel
99mTc-tetrofosmin untuk pemeriksaan perfusi miokardia.
d.
Paru-paru
Radiofarmaka untuk pencitraan
aru-pary dapat dibagi menjadi dua kelompok
utama, bahan perfusi paru-paru dan bahan ventilasi paru-paru. Pencitraan
untuk melihat fungsi paru-paru dalam kedokteran nuklir dilakukan untuk
mengevaluasi fungsi ventilasi dan perfusi paru-paru.
e.
Hati,
limpa, dan system saluran cerna
Radiofarmaka technetium yang pada
awalnya dirancang untuk pemeriksaan hati dan limpa, sekarang digunakan juga
untuk pemeriksaan fungsi saluran cerna, termasuk pemeriksaan refluks
gastroesofagal, pengosongan lambung dan tempat pendarahan saluran cerna.
Sebagai contoh radiofarmaka yang untuk mendeteksi pendarahan saluran cerna
adalah 99mTc-koloid sulfur dan 99mTc-sel darah merah.
f.
Ginjal
Pemeriksaan ginjal denan
radiofarmaka berdasarkan prinsip yang berhubungan dengan bahan radioaktif yang
digunakan untuk memeriksa bersihan ginjal, dan prinsip yang berhubungan dengan
bahan radioaktif untuk melakukan pencitraan ginjal yang digunakan untuk menilai
morfologi ginjal dan fungsi relative ginjal. Contohnya untuk menilai GFR adalah
125i-iothamalat, 99mTc-pentetat, dan untuk pencitraan ginjal adalah
99mTc-gluseptat dan 99mTc-succimer.
g.
Tulang
Pencitraan tulang dilakukan untuk pemeriksaan
penyakit metastase, infeksi, dan luka trauma. Radiofarmaka yang paling sering
digunakan adalah 99mTc-difosfonat dan 99mTc-HDP dosisnya adalah 20 mCi melalui
rute intravena.
Macam-macam radiofarmaka yang digunakan dalam
kedokteran nuklir:
Radionuklida
|
Bentuk
Sediaan
|
Penggunaan
|
Dosis
Lazim
|
Rute
Pemberian
|
Karbon C11
|
Karbon Monoksida
|
Jantung, pengukuran volume
darah
|
60-100 mCi
|
Inhalasi
|
Karbon C11
|
Injeksi Flumanezil
|
Otak, pencitraan reseptor benzodiazepin
|
20-30 mCi
|
Intravena
|
Kobalt Co 57
|
Kapsul sianobalamin
|
Diagnosis anemia pernisius dan
penurunan absorpsi usus
|
0,5 µCi
|
Oral
|
Fluor F 18
|
Injeksi fludeoksiglukosa
|
Penggunaan glukosa di otak,
jantung dan penyakit keganasan
|
10-15 mCi
|
Intravena
|
Karbon C 14
|
Urea
|
Diagnosis infeksi Helicobacter
pylori
|
1 µCi
|
Oral
|
Fluor F 18
|
Injeksi fluorodopa
|
Aktivitas dekarboksilase saraf
dopamine di otak
|
4-6 mCi
|
Intravena
|
Fluor F 18
|
Injeksi natrium fluoride
|
Pencitraan tulang
|
10 mCi
|
Intravena
|
Xenon Xe 133
|
Xenon
|
Pencitraan ventilasi paru-paru
|
10-20 mCi
|
Inhalasi
|
Thalium Tl 201
|
Injeksi thallus klorida
|
Pencitraan paratiroid
|
2 mCi
|
Intravena
|
Yttrium Y 90
|
Ibritumomab tiuksetan
|
Pengobatan limfoma non-Hodgkin
derajat rendah
|
0,3-0,4 mCi/kg
|
Intravena
|
Rubidium Rb 82
|
Injeksi Rubidium klorida
|
Pemeriksaan perfusi miokard
|
30-60 mCi
|
Intravena
|
Iodine I 131
|
Kapsul dan larutan natrium iodide
|
Fungsi tiroid
|
5-10 µCi
|
Oral
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
radiofarmasi
adalah sediaan radio isotop yang didapat dari target yang telah diradiasi dalam
suatu reactor nuklir. Radiofarmaka merupakan senyawa radioaktif yang digunakan
kedalam tubuh dengan cara diminumkan, disuntikkan atau dihisap melalui saluran
pernafasan, baik untuk tujuan terapi maupun diagnostic serta mengalami metabolism
ke dalam tubuh manusia.dan jenis penyakit yang dapat diobati dengan radio
farmaka antara lain,
penyakit pada otak,
kelenjar tiroid, jantung, paru-paru, hati, limpa, ginjal, tulang, dan system
pencernaan.
B.
Saran
Kepada dosen yang
memeberikan tugas ini agar dapat memberikan kritikan kepada makalah ini agar
saya dapat memperbaiki kesalahan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Leswara,ND.
2008. Buku Ajar Radiofarmasi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Saha,GB.
2004. Fundamentals of Nuclear Pharmacy 5th
ed. New York: Springer.
International
Atomic Energy Agency. 2006. Nuclear
Medicine Resources Manual. Austria: IAEA
PDIN.2011.
Radioisotop dan RadioFarmaka. Jakarta:
BATAN.
Komentar
Posting Komentar